Ada yang meyakini, cinta adalah perpanjangan kasih sayang Ilahi
untuk semua Hamba-hamba Nya.
Namun, mengapa justru ketika orang-orang mulai saling mencintai,
Terkadang, kotak-kotak pembeda kerap hadir di antara mereka?
Menjadi sekat penghalang
Menjadi sekat pemisah
Dan..., menjadi hal yang bisa membuat sesak di dada.
Seperti tulisan Bernard Batubara dalam novelnya, Surat Untuk Ruth:
Satu hal yang ingin kutanyakan kepada sejak lama,
Bagaimana bisa kita saling jatuh cinta,
Namun ditakdirkan untuk tidak bersatu?
Aku dan kamu tidak bisa memaksa
Agar kebahagiaan berlangsung selama yang kita
inginkan,
Jika waktu telah usai dan perpisahan ini harus
terjadi,
Apa yang bisa kita lakukan?
Masihkah ada waktu untuk kita bersama?
Tapi, ada pula yang percaya dengan kalimat Albert Eintein,
“selagi ada cinta, tidak perlu ada lagi pertanyaan, jadi lanjutkan...!”
Meski, kata Shakespeare,
“... perjalanan cinta sejati tidak akan pernah berjalan mulus...”
“Bukankah sejarah dunia menunjukkan bahwa tidak ada romantika kehidupan
jika tidak ada resiko...” tegas Mahatma Gandhi.
Jadi, jika hatimu berbisik: ada seseorang di luar sana, meski berbeda
planet (kalau bisa) atau berbeda benua sekalipun, menantimu dengan setia dan
mengerti dan menghargai arti cinta yang sesungguhnya, arungi samudera, lintasi
angkasa, jemputlah cintamu.
Konklusinya, “Tidak ada jarak yang terlalu jauh dan tidak ada sekat yang
terlalu kuat selama kita punya tekad untuk berbuat. Kejarlah cintamu, tarik dan
dekap ia, hingga setiap perbedaan yang ada merupakan rahmat dan anugerah dari Sang
Pencipta cinta....”
Analoginya, “tidak akan disebut pelangi jika yang ada hanya warna putih
saja”.
Disadur dari Kang Maman
(ILK) dengan sedikit improvisasi.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon